Selasa, 23 Mei 2017

Makalah Akhlak Kepada Orangtua



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Ibu dan ayah adalah kedua Orangtua yang sangat besar jasanya kepada anak-anaknya. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa beliau berdua tidak dapat dihitung dan tidak dapat dibandingkan dengan harta.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil, maka ayah pun merawatnya, mencarikan nafkahnya, membesarkannya, mendidik dan menyekolahkannya, di samping usaha sang ibu. Kalau mulai masa mengandung sampai masa di mana si anak mulai dapat membedakan hal baik dan buruk; si ibu sangat berperan, maka mulai masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya, dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, maka tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah. Banyak sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan ayah terhadap anaknya, namun dapat diselessaikan oleh dan hanya sang ibu.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apa ayat Al-Qur’an dan Hadistt yang menjelaskan tentang Akhlak kepada orangtua ?
b.      Bagaimana saja bentuk akhlak kepada orangtua ?

3.      Tujuan
a.       Mengetahui ayat Al-Qur’an dan Hadistt yang menjelaskan tentang Akhlak kepada orangtua.
b.      Mengetahui dan faham bagaimana saja bentuk akhlak kepada orangtua.






BAB II
PEMBAHASAN

1.      Ayat Al-Qur’an Tentang Perintah Kepada Umat Islam Untuk Berbuat Baik dan Berbakti Kepada Kedua Orangtua.

a.   QS. An-nisaa ayat 36
 
وَ اعْبُدُوا اللهَ وَ لَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَ بِاْلوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا   وَ بِذِى اْلقُرْبَى وَ اْليَتَامَى وَ اْلمـَسَاكِينِ وَ اْلجَارِ ذِى اْلقُرْبَى وَ اْلجَارِ اْلجُنُبِ وَ الصَّاحِبِ بِاْلجَنْبِ وَ ابْنِ السَّبِيلِ وَ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Dan beribadahlah kamu kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Berbuat baiklah kepada dua Orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan suka membangga-banggakan diri. [QS an-Nisa’/ 4: 36].
b.   QS Al-an’am ayat 151
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَ لَّا تُشْرَكُوا بِهِ شَيْئًا وَ بِاْلوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَ لَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُم مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَ إِيَّاهُمْ وَ لَا تَقْرَبُوا اْلفَوَاحِشَ مَا ظَهِرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ وَ لَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِى حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكَمْ وَصَّاكَمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلَونَ
Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atasmu oleh Rabb mu yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, berbuat baiklah terhadap kedua Orangtua, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan kepada kamu supaya kalian memahami(nya).[QS al-An’am/6: 151].



2.      Hadist Tentang Perintah Berbuat Baik Kepada Orangtua

a.    Hadist Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho Orangtua.

عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan Orangtua, dan murka Allah itu terletak pada murka Orangtua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadist ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1][1]
b.    Hadist Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.

عَنْ اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال: ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).[1][2]

c.    Hadist Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.

عَبْدُ الله بن مَسْعُودٍ قال سَاَ لْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ايُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ الى الله قال: الصَّلَاةُ على وَقْتِهَا قال: ثم اي قال:ثُمَّ بِرُّ الْوَالْدَيْنِ قال: ثم اي قال: الجِهَادُ فى سَبِيْلِ الله ( اخرجه البخاري و مسلم)
Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua Orangtua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]

d.    Hadist Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.

عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).[1][4]

e.    Hadist Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
عن عبد الله بن عمر ورضى الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر ان يلعن الر جل والديه . قيل رسول الله.و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل: يسب الرجل ابا لرجل فيسب أبا لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري)
Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua Orangtuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua Orangtuanya?” Beliau menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya. (H.R. Bukhari).[1][5]

3.      Bentuk Akhlak Kepada Orangtua

a.      Mentaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala
Mentaati kedua Orangtua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS. Luqman : 15 (yang artinya):
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” [QS.Luqman: 15]
Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:
Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan.”
Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua Orangtua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua Orangtua.

b.      Berbakti dan Merendahkan Diri Dihadapan Kedua Orangtua
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
Kami perintahkan kepada manusia suapaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya..” [QS.Al Ahqaf: 15]
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak..” [QS.An Nisaa’:36]
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua Orangtua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat bik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah: “Wahai, Rabbku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [QS.Al Israa’: 23-24]
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua Orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga.
Di antara bakti terhadap kedua Orangtua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua Orangtua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan ‘ah’. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah ta’ala, sebagaimana yang telah disebutkan.
c.       Berbicara Dengan Lembut Dihadapan Mereka
Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua Orangtua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala (yang artinya):
…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS.Al Israa’: 23]
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.
d.      Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada Orangtua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Ya Rasulullah, apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua Orangtua?” Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya.”
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Aku datang membai’atmu untuk hijrah dan aku tinggalkan kedua Orangtuaku menangisi (kepergianku).”
Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.”
Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya: “Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?” Laki-laki itu menjawab: “Masih, yaitu kedua Orangtuaku.” Beliau kembali bertanya: “Apakah mereka berdua mengizinkanmu?” laki-laki itu menjawab: “Tidak.” Lantas Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya.”
Seorang laki-laki berkata kepada beliau: “Aku membai’at Anda untuk berhijrah dan berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah ta’ala. Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: “Apakah salah satu kedua orangtuamu masih hidup?” laki-laki itu menjawab: “Masih, bahkan keduanya masih hidup.” Beliau kembali bersabda: “Apakah kamu ingin mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala?” Lelaki itu menjawab: “Ya”. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kembalilah kamu kepada kedua Orangtuamu dan berbaktilah kepada keduanya.”
e.       Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua Orangtua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib sahabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (Orangtua) kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
f.        Memenuhi Sumpah/Nadzar Kedua Orangtua
Apabila kedua Orangtua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang didalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
g.      Tidak Mencela/mencaci Orangtua Atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela Orangtua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela Orangtuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencela Orangtuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela Orangtuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.”
Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.
Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan yang sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini termasuk dosa besar sebagaimana yang telah disebutkan.
h.      Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” Beliau kembali menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya: “Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” tanyanya. “Ayahmu.” Jawab beliau.
Hadits diatas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati ayah lebih di dahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan dalam syariat. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan untuk taat kepada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja, jika salah seorang mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih berprilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran.
Sebagian Salaf berkata: “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
i.        Mendahulukan berbakti kepada kedua orangtua daripada berbuat baik kepada istri
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa seyogya nya seorang lelaki itu adalah milik ibunya, jadi si lelaki tersebut haruslah patuh dan taat kepada ibunya. Berbeda dengan perempuan, ia adalah milik suaminya dan haruslah lebih patuh kepada suami daripada kepada orangtua.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Akhlak kepada kedua Orangtua
a.       QS. An-nisaa ayat 36
b.      QS Al-an’am ayat 151
2.      Hadist yang berkaitan dengan Akhlak kepada kedua Orangtua
a.       Hadist riwayat Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho Orangtua.
b.      Hadist riwayat Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
c.       Hadist riwayat Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
d.      Hadist riwayat Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.
e.       Hadist riwayat Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
3.      Bentuk Akhlak kepada Orangtua
a.       Mentaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala
b.      Berbakti dan Merendahkan Diri Dihadapan Kedua Orangtua
c.       Berbicara Dengan Lembut Dihadapan Mereka
d.      Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
e.       Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka
f.        Memenuhi Sumpah/Nadzar Kedua Orangtua
g.      Tidak Mencela/mencaci Orangtua Atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
h.      Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
i.        Mendahulukan berbakti kepada kedua orangtua daripada berbuat baik kepada istri.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Sholihah, Tutut. Strategi Pembelajaran yang Efektif. Jakarta:UIN Jakarta Press. Cet.I. 2008
2.      Nasution, Lahmudin. Akhlak Mahmudah Kepada Orangtua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2001
3.      Ritonga, A. Rahman.Berbuat baik kepada Orangtua. Surabaya: Amalia. 2005
4.      Nawawi, Muhammad. Nasehat Bagi Hamba Allah dalam Berakhlak. Surabaya : Al-Hidayah. 1996.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar